Senin, 05 Desember 2016

sendirian



sendirian


Kembali meminjam usia pada waktu

Menoreh bait demi bait perjalanan

Hari ini adalah hari mengulang kembali kejadian kemarin

Dalam bentang senja kupetik sebuah kisah

Dari ingatanku yang murung

Di tempatku berdiri

Kau tinggalkan untukku cinta yang melahirkan kesedihan saat malam menjadi ranum dan menua



Seperti malam sebelumnya.

Aku mengurung jiwaku dalam bola Kristal

Seperti sebuah dongeng abad pertengahan

Menanti seseorang membangunkanku dengan igauan riang



Hingga bulan berjumpa fajar

Kembaliku mengulang kejadian

Tak bermuara pada harapan

Bersama usia di dalam sadar

Aku menyusuri waktu sendirian

Risau



Risau

tiba-tiba risauku mengamit lagi

mengapit dua mimpi yang datang diantara dua sudut

kemudian waktu meleleh diantara serbuk cahaya lampu dan rumpun perdu

di sebuah malam yang ranum langit mendesak dan bergerak ke arahku

menghantarkan patahan kata berkabut



kemudian aku menyendiri

menyoal diri tentang apa saja yang diperbuatnya selama ini

mengulas bait bait lagu dan puisi

barangkali ada yang patut kuperbaiki

setelah dukanan datang bertubi-tubi

tak patah arang kerap kali ia menghampiri

tak tahu malu

tak mau menungguku sejenak sekedar beristirahat pada kemurahan waktu yang tak dapat kubeli.

Pulau impian



Pulau impian

Di sebuah senja pertemuan kita.

Kau lekat kutatap dari seluruh penjuru hingga bermuara pada laut dalam

Menjerat tubuhmu yang hangat

Setelah kau kuintip dari rumbunan rindu

Kita mendarat di sebuah pulau impian

Hanya kau dan aku

Mendendam pada sebuah perjumpaan

Menghakimi perpisahan

Bergumul dalam lubang Tanya yang tak mampu terjawab

Ku malah berpeluk dengan gumpalan karang

Ketika kusadari kopi di meja melebur mengubur waktu

Bukankah kukatakan berulang

Bahwa ini hanyalah pulau impian

Kembaliku pada kerumbunan rindu
Bergumul dengan waktu terkikis Tanya tak bermuara

curhat



Aku ingin jatuh cinta
Sungguh aku ingin kembali merasakan cinta. Entah pada siapa akhirnya kulabuhkan hati yang sempat luka dan kosong tak  berpenghuni. Disana hanya ada sepi yang menggigil saat senja tiba. Apakah padamu yang baru saja berjumpa, atau pada dia yang selalu berkata-kata. Sungguh aku ingin merasakan asmara, barangkali ini akan menjadi obat bagi jiwa yang merindu. Maaf atas kata yang terlalu terbuka. Bagi kita yang baru saja bersua. Kau memang belum banyak mengenalku. Dan akupun tak banyak mengenalmu. Kita hanya pernah melempar beberapa kata yang mudah dilupakan. Kita hanya pernah sesekali tertawa dalam canda yang terlalu singkat. Kita hanya pernah melirik mata yang tak sempat memberi arti. Kita hanya pernah melempar senyum saat mata kita tertangkap satu sama lain. Dengan ini kunyatakan, sudikah kau mampir dalam hatiku yang sudah lama kosong? Maukah kau menjadi tamu hatiku? Akan kusiapkan agar kau terkesan pernah singgah disana. Kau akan menjadi tamu yang sangat kuhormati. entah kenapa aku tak ingin tamu yang lain. Meski kerap kali hati ini diketuk aku enggan membukanya. Tapi untukmu, tanpa kau ketuk aku akan menawarkanmu singgah. Membukanya lebar-lebar agar kau sudi meski hanya melikirk dari balik tirai yang kusingkab. Di sana memang pernah ada luka. Aku tak ingin menuntutmu mengobatinya agar ia menjadi sedia kala. Aku hanya ingin kau mulai melangkah masuk, maka disana kan kau temui banyak kata yang mendamaikan jiwa. Jika kau enggan melangkah, tak mengapa aku takan terluka. Hatiku takan patah. Karena hati yang patah adalah hati yang teramat keras. Hatiku terlalu lembut untuk merasakan patah. Kau tidak usah khawatir. Kau juga tak perlu menyiapkan banyak kata untuk menyembunyikan kejujuran. Sungguh, aku hanya ingin meyatakan rasa.

Aku hanya perlu cahaya



Aku hanya perlu cahaya
Kini aku hanya ingin menatap langit
melihat terik mentari yang tak perlu lagi aku hindari
 Aku hanya perlu membuka jendela kamar agar sinar dan udara masuk
bahkan sesekali menanti kupu-kupu singgah di balik tirai jendela kamarku
Aku tak ingin lagi mengurung jiwaku dalam bola Kristal yang lelah menanti pangeran datang membangunkanku
Aku hanya perlu cahaya.
Bagiku cerita pangeran hanyalah igauan riang penghibur lara
 Aku hanya ingin kupu-kup singgah membisikan kata bahagia
Aku hanya ingin membuka tirai jendela kamar
Menikmati udara merasuk di sela pori-pori tubuhku.
Membuka telinga agar terdengar kicau burung di luar sana.
Membuka mata agar terlihat warna jingga
Membuka hati agar merasai jiwa yang ingin bahagia

Apa kabar hati



Apa kabar hati
Nyatanya aku pernah keliru. Jatuh hati pada dia yang tak kutahu. Hatiku terluka tuk kesekian kali. Kuharus berkata pada hati. Maafkanlah ia dan ia yang lainnya. Ini bukan salah siapa dan siapa. Adalah permainan baru yang harus ditempuh. Tak perlu menadah hujan tuk membasahi tubuh. Aku hanya perlu berteduh. Aku selalu bertanya pada hatiku. Apa kabarmu di warna langit yang jingga ini. Kuharap kau menikmati alunan syahdu hidupmu. Tanpa harus banyak kata tuk sembunyikan luka. Tanpa harus banyak Tanya tuk memberi makna. Kau tahu. Biarkan saja semua datang dan pergi. agar menjadi ramai. Pada hati. Agar tak sepi. Tak sendiri.